2 become 1

Nyaris tidak ada suara langkah kaki yang laki-laki itu keluarkan. Ia berjalan perlahan-lahan sembari menahan tubuhnya agar tidak sempoyongan menuju sebuah unit apartemen yang letaknya sekitar 10 meter lagi darinya.


Jeffrey memijit batang hidungnya. Setelah perdebatan sengit antara dirinya dan Ratu kemarin pagi, pikiran Jeffrey menjadi kalut. Ia butuh sedikit alcohol untuk menenangkan diri. Lantas, sepulang dari acara seminar yang ia hadiri, Jeffrey memutuskan untuk pergi menemui temannya—Yudhis. Pasalnya Yudhis bak bandar minuman keras yang sering kali muncul di film-film. Dia punya lebih dari seribu satu botol minuman keras dengan berbagai merk terkenal. Ya setidaknya itu yang Jeffrey tau.

Sebelumnya Jeffrey berniat untuk pergi ke sebuah club malam, di tengah keramaian kota Jakarta. Namun begitu memarkirkan mobilnya, Jeffrey dapat melihat ada begitu banyak wanita berpakaian seksi yang masuk kedalam sana. Nyalinya menciut seketika. Batinnya ketakutan membayangkan kalau-kalau ia melakukan sebuah kebodohan yang dapat menyebabkan dirinya kehilangan Ratu di kemudian hari. Kemudian karena perasaan itu, ia buru-buru menancapkan gas untuk segera pergi dari sana.


Langkah Jeffrey terhenti. Ia memasukan beberapa angka untuk membuka pintu unit apartemennya.

Meski toleransi Jeffrey pada alkohol cukup tinggi, tapi malam itu ia cukup berantakan. Rambut serta dasi yang sudah tidak berbentuk, ditambah lagi bau alkohol yang begitu menyengat, membuat Ratu panik setengah mati begitu menyambut kedatangan Jeffrey.

“Yudhisnya mana?” tanya Ratu. Ia hanya melihat seorang Jeffreyan yang muncul dari balik pintu. Seingatnya, tadi Jeffrey mengatakan bahwa dirinya akan pulang diantar Yudhis.

Tak ada jawaban.

Jeffrey sekonyong-konyong meninggalkan Ratu, menuju kamar mereka. Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya pada sebuah sofa yang letaknya berada tepat di bagian depan tempat tidur.

Matanya terpejam, dan nafasnya teratur. Berbanding terbalik dengan Ratu yang detak jantungnya bergemuruh kencang melihat suaminya yang seperti itu.

“Yudhisnya mana?” tanya Ratu sekali lagi.

“Gak ada. Gue pulang sendiri.” Tanpa berniat membuka matanya, Jeffrey menjawab pertanyaan Ratu.

Hening. Sesaat kemudian, terdengar suara nafas yang terkesan sangat sesak. Sontak Jeffrey membuka matanya, dan menoleh kebelakang. Sorot matanya mendapati Ratu yang tengah terduduk di tepi ranjang dengan mata berkaca-kaca.

“Kenapa?”

Alih-alih menjawab, Ratu justru mengerutkan keningnya, hingga sepersekian detik Jeffrey tersadar bahwa istrinya itu tengah menahan sebuah air mata yang hendak keluar.

Seperti halnya pemadam kebakaran yang mendengar sebuah alarm kebakaran, Jeffrey beringsut dari tempat duduknya. Membawa Ratu masuk kedalam dekapannya. Ya, mau sekesal apapun seorang Jeffreyan terhadap Ratu, ia tidak akan membiarkan istrinya itu menangis sendirian dihadapannya.

“Katanya pulang sama Yudhis?”

“Lo kangen sama dia atau gimana? Nanyain Yudhis terus.”

“Bego banget, capek. Lo bisa mati, kalau teler pas nyetir!” seru Ratu, membuat Jeffrey terkekeh seketika.

Masih dalam posisi berpelukan. Jeffrey menghirup aroma tubuh Ratu dengan serakah. Berkali-kali ia mengecup pundak Ratu yang hanya dilapisi dengan piyama tipis berwarna putih miliknya. “Gue udah pecat dia, Ra.” Lirih Jeffrey.

Ratu mengangguk dalam pelukan Jeffrey.

“Sumpah demi Tuhan, dia gak pernah ngirimin foto bugil—

—Gue juga gak akan tertarik sama dia, Ra.”

Lagi-lagi Ratu hanya membalas perkataan Jeffrey dengan anggukan.

“Lo udah kepalang benci ya sama gue?” cicit Jeffrey, dengan nada memelas.

Ratu menggeleng, “Gue baca akun gembokan lo,” kata Ratu.

Selanjutnya Jeffrey lebih dulu melepaskan pelukan mereka. Matanya membola tak percaya, “Demi apa?—Lo baca darimana sampai mana, Ra?!”

Ratu menarik nafas dalam-dalam. Tangannya terulur menyentuh kening Jeffrey, kemudian mengusap rambut suaminya itu dengan lembut. Sorot mata, serta raut wajah Ratu tampak lebih hangat dari sebelumnya.

“Gue cemburu kok. Cemburu banget sampai gak tau gimana cara nyampein ke lo selain marah-marah. Emangnya istri mana yang gak cemburu kalau suaminya digodain sama cewek lain, Jeff? Tapi di lain sisi, gue terbiasa tahan semua rasa cemburu gue dari dulu, dan baru meledak aja hari ini. Gue minta maaf, gara-gara itu lo jadi overthinking. Gue gak nikah atas dasar kasihan Jeff. Udah gila lo mikir kaya gitu!” tutur Ratu.

Tangannya kini beralih pada pipi Jeffrey. Diusapnya pipi itu, hingga Jeffrey merasa terlena.

“Gue gak pernah ngerasa najis sama sentuhan fisik dari lo, Jeffreyan!” Dengan gemas, kedua tangan Ratu membekap pipi Jeffrey. “Gue suka.”

Jeffrey geming.

“Terus satu lagi ... maaf karna udah nuduh lo yang eng—”

Belum sempat Ratu menyelesaikan kalimatnya, bibir Jeffrey lebih dahulu mendarat di atas bibirnya. Sementara tangan laki-laki menahan tengkuknya dengan kuat.

Sedetik, lima detik, sepuluh detik Jeffrey masih setia menyesap bibir Ratu. Bahkan kini Ratu dapat menyesuaikan deru nafas suaminya itu.

Ratu merasakan ada sesuatu yang mengalir di wajahnya, lalu dengan sekali tepukan pada pundak Jeffrey, laki-laki itu langsung menarik wajahnya.

Tawa Ratu menggelegar seketika, sesaat setelah ia melihat wajah Jeffrey. “Aneh banget masa malah nangis?!” ledeknya, sementara Jeffrey hanya mencebikkan bibir.

“Gak mau ribut lagi, Ra. Aku minta maaf.” Jeffrey menarik tangan Ratu, kemudian mengecup punggung, dan telapak tangannya berkali-kali.

Mendengar permintaan Jeffrey yang satu itu, Ratu tersenyum. “Aku juga gak mau.”

Selanjutnya Jeffrey beranjak, mengecup kening istrinya itu. “Aku mandi dulu sebentar, abis itu kita tidur,” ucap Jeffrey. Namun Ratu justru menarik tangannya.

Jeffrey menaikan sebelah alisnya, “Kenapa?”

“Lakuin apa yang lo mau sekarang, Jeff.”

“Maksudnya?”

“Lo tau maksud gue apa.”

Jeffrey menatap Ratu lamat-lamat. Ia tidak menemukan ekspresi candaan di wajah cantik istrinya itu. Nampak jelas bahwa Ratu tengah serius dengan apa yang baru saja keluar dari mulutnya.

“Gue lagi gak punya cukup kesadaran buat nahan nafsu malem ini, Ra. Jadi tolong jangan mancing-mancing, kalau lo gak mau nyesel nantinya.” Jeffrey memberikan peringatan.

Ratu menggeleng. Tangan kanannya masih setia menggenggam tangan Jeffrey, sementara tangan kirinya perlahan-lahan membuka satu persatu kancing piyama yang ia kenakan. Membuat Jeffrey menyeringai dalam remangnya pencahayaan kamar mereka. Seringai yang mampu membuat bulu kuduk Ratu berdiri seketika.

Lantas dengan kasar tangan Jeffrey menyambar dagu Ratu. Hanya dengan melihat tatapan Jeffrey, Ratu merasa tengah ditelanjangi oleh laki-laki itu.

Jeffrey mendekat wajahnya, ia semakin mengunci pandangan Ratu. “Gue mau kita ngelakuin itu sambil buka mata, bisa kan? Buat pastiin kalau kita sama-sama ngelakuinnya dalam keadaan sadar.” bisik Jeffrey.

Bukan hanya sorot matanya, namun nada bicara serta aura Jeffrey ikut berubah. Detak jantung dan deru nafas Ratu saling memburu seketika.

“Lo sadar?”

“Iya.”

“Mana yang lebih ringan, kapas 100 kg atau besi 100 kg?”

Jeffrey tertawa remeh, “Lo. Lo lebih ringan, soalnya cuman 46 kg. Bisa dimulai sekarang?”

Ratu mengangguk setuju, sebelum akhirnya Jeffrey kembali melahap bibirnya.

Kali ini Jeffrey jauh lebih bernafsu dan kasar dari sebelumnya. Suara decakan bibir mereka terdengar memenuhi ruangan. Ada perasaan takut, serta candu tersendiri yang Ratu rasakan.

Tangan Jeffrey bergerak secara aktif. Mulai dari punggung, pinggul, hingga perut rata Ratu, berhasil ia jamah.

Perlahan tapi pasti, bibirnya turun kebawah. Mengincar leher mulus milik istrinya itu. Jeffrey meninggalkan beberapa bekas biru keunguan disana, membuat sang empunya merintih menahan rasa sakit yang diakibatkan oleh hisapan bibirnya.

Tangan Jeffrey yang semula hanya menari-nari di atas permukaan kulit Ratu, kini sibuk berusaha membuka kaitan bra yang dikenakan oleh Ratu.

Setelah berhasil, Jeffrey kembali menghentikan kegiatannya.

“Aku bisa berhenti sekarang, kalau kamu mau.”

Ratu menggigit bibirnya, bingung. Ia meneguk saliva yang sepertinya telah tercampur dengan milik Jeffreyan beberapa saat tadi. “Lanjutin aja, tapi tolong pelan-pelan. Aku takut.”

Jeffrey terkekeh singkat, kemudian mengangguk.

Mereka kembali memagut bibir satu sama lain. Sebelum akhirnya Jeffrey menuntun tangan Ratu untuk melucuti seluruh pakaiannya.

Selanjutnya malam itu menjadi malam paling panas diantara mereka berdua, setelah pernikahan.