Best Healing
Jeffrey baru saja membuka pintu unit apartemennya. Wajah lelahnya nampak begitu lelah. Jelas, sebenarnya ia memiliki begitu banyak anak buah di kantor. Namun, yang namanya pemimpin sudah sewajarnya pula menjadi otak atas segala sesuatu yang dilakukan oleh para bawahannya. Dibandingkan lelah fisik, pikirannya jauh lebih lelah.
Dengan kasar Jeffrey mengusap wajahnya. Setiap hari, setiap kali ia pulang dari kantor, tak sekalipun Ratu pernah menyambutnya dengan pelukan hangat begitu ia membuka pintu.
Jeffrey harus berjalan menghampiri Ratu di dalam kamar terlebih dahulu, selanjutnya meminta izin hanya untuk memeluk istrinya itu—sama seperti sore ini.
“Ra, aku pulang ... .” Jeffrey menarik bibirnya kala melihat Ratu.
Sejak dulu, mau selelah apapun Jeffreyan, Ratu akan selalu menjadi obat paling mujarab bagi dirinya.
Jangankan sekedar kelelahan—pernah sekali Jeffrey terserang demam tinggi hingga seluruh keluarganya dibuat khawatir karena ia tak kunjung membuka matanya. Dan Ratu lah satu-satunya orang yang mampu menyadarkan Jeffrey hanya dengan usapan lembut tangannya. Ratu mengusap lembut kening Jeffrey, sembari merapalkan nama laki-laki itu.
Jeffrey langsung mendudukkan dirinya tepat dipinggir ranjang. Menatap lamat-lamat Ratu yang tengah bersandar pada tumpukan dan menatap balik kearahnya.
“Diem aja ... sakit perut?” tanya Jeffrey. Nadanya terdengar sangat rendah, namun tetap halus masuk kedalam indera pendengaran Ratu.
Wanita itu mengangguk.
Lantas dengan hati-hati Jeffrey beralih. Ia duduk disebelah Ratu, kemudian merentangkan tangan kanannya, agar Ratu dapat bersandar pada bahunya. Sementara itu, tangan kiri Jeffrey sibuk memberikan usapan demi usapan lembut bagi perut rata Ratu.
“Kalau hamil gak bakalan sakit kaya gini tau,” cicit Jeffrey, diakhiri dengan kekehan khasnya.
Ratu mendengus. “Iya, tapi pas ngelahirin jadi berkali-kali lipat sakitnya!”
Jeffrey kembali terkekeh, begitu mendengar jawaban wanita itu.
“Aku boleh cium gak?”
“Belum mandi.”
Selanjutnya Jeffrey tetap mendaratkan ciuman pada kening Ratu.
“JEFFREY MAHHH, LO BELUM MANDIIIII!!” seru Ratu seketika. Dengan kesal ia mengusap keningnya menggunakan tangan.
“Bisa-bisanya lo elap bekas bibir gue, Ra?—Nih, rasain!!! HUJAN BIBIRR!!”
Jeffrey menciumi setiap inci wajah Ratu, tanpa terkecuali. Hingga wanita itu tertawa kegelian dibuatnya. “JEFFREY HAHH UDAHAN ANJINGG! BAU JIGONG!!”