Bimbingan Belajar Bastian

Disini Bastian sekarang berada, diruang kelas yang sudah kosong karena beberapa murid sudah pulang kerumahnya masing-masing.

Pikiran laki-laki itu merutuki dirinya sendiri, kenapa sampai repot-repot mendaftar olimpiade fisika hanya untuk membantu hantu yang bahkan tak dapat ia rasakan kehadirannya.

Jam dinding menunjukkan pukul setengah empat sore. Suara sepatu hak milik seorang wanita menggema di koridor menuju kelas yang disinggahi oleh Bastian.

“Bastian? Lama ya nak nunggunya? Ibu baru selesai nilai buku murid-murid.” Ujar wanita yang akrab Bastian panggil 'Bu Sofi'

“Enggak Bu, tadi jajan keluar dulu soalnya.” Bastian tersenyum kearah wanita itu.

Bu Sofi mengangguk, kini ia menggeser bangku yang letaknya berada didepan Bastian, kemudian mendudukkan dirinya di sana.

“Ini kan kamu kelas 11, nah kalau buat olimpiade itu soal-soal latihannya yang mendasar Bas. Jadi kamu sekarang pelajari materi kelas 10 lagi ya?” Wanita itu menyodorkan 3 rangkap buku paket fisika kearah Bastian.

“Ini langsung belajar Bu?” Tanya Bastian dengan polos.

“Iya atuh, masa mau arisan sama saya?”

“Basa basi dulu dong Bu, biar kalo saya jadi ragu bisa mundur dari sekarang hehe.”

Bu Sofi tertawa ringan, tangannya menyisihkan buku yang sebelumnya ia letakkan didepan Bastian.

“Yaudah ayo.”

“Angkatan kita sebelumnya selalu dapet juara ya Bu? Saya liat dibuku murid berprestasi.”

“Iya, kita gak pernah dapat juara harapan sama sekali. Selalu juara 1 2 dan 3.”

Bastian mengangguk-anggukan kepalanya. “Terus saya sempet liat murid yang keren gitu bu. Ikut dua olimpiade sekaligus, matematika fisika.”

“Siapa namanya?”

“Jevano Bu, namanya Jevano Ranggasta. Ibu kenal kan? Soalnya tertulis kalo ibu guru pembimbingnya.” Tutur Bastian semangat.

“Kenal, anaknya memang pintar.”

Batin Bastian kini semakin merasa tertantang untuk menanyakan hal yang lebih detail.

“Dia pasti masuk kuliah di Negeri ya Bu? Kalo pinter gitu, harusnya bisa ngambil arsitektur.”

“Enggak, dia hilang sebelum lulus Bas.”

Saat hendak menanyakan hal selanjutnya, tiba-tiba saja seseorang masuk.

“Sofi? Kamu aku cariin kemana-mana, ayo kita pulang.” Pak Yana berdiri didepan pintu dengan ransel laptop yang bertengger di punggungnya.

“Ini aku lagi kasih bimbingan buat Bastian, dia mau ikut olimpiade fisika.” Terlihat semburat kepanikan pada wajah wanita itu, Bastian menyadarinya.

“Bas, belajar sendiri dulu ya? Saya sama istri saya hari ini lagi ada urusan.”

Lantas Bastian berdiri dan membungkuk dengan sopan, “Iya Pak, sok atuh. Makasih ya Bu Sofi.”