Keceplosan Banyak
Jeffrey meletakkan ponselnya diatas nakas, sebelum beranjak dari tempat tidurnya. Laki-laki itu meraih sebuah pakaian yang sengaja ia tanggalkan tadi malam, kemudian memakainya.
“Nanti kalau udah nikah, enaknya tidur di kamar ini atau di kamar sebelah ya?” gumamnya, sembari menyisir rambut menggunakan tangan.
Jeffreyan terkekeh sendiri.
Ceklek!
Suara pintu kamar yang dibuka dari luar, mengejutkan Jeffrey.
“Sialan. Kaget!”
“Mikir apaan lo cengengesan gitu?” tuduh Ratu semangat.
“Enggak.”
Netra Jeffrey menangkap sesuatu yang aneh pada gadis dihadapannya itu. Lantas Jeffreyan melangkah mendekat. Menatap wajah Ratu lebih lekat, membuat yang ditatap sontak mengalihkan pandangannya.
“Bibir lo ... lo abis gigitin bibir ya, Ra?” Tanpa aba-aba, tangan Jeffreyan menarik dagu Ratu.
“Ini mata lo kenapa bengkak gini? Lo abis nih nangis nih pasti! Kenapa?!”
Ratu geming. Gadis itu ragu untuk menjawab pertanyaan yang baru saja Jeffrey lontarkan.
“Mulutnya dipake buat jawab!”
Alih-alih menjawab, Ratu justru sengaja membuang wajahnya agar tangan Jeffreyan terhempas. “Pinjem kunci mobil lo.”
“Buat?”
“Mau ngambil barang-barang gue.”
“Barang-barang apa yang lo maksud?”
Ratu menundukkan kepalanya. Enggan menatap Jeffrey. “Lipstik, kunciran, tas, sam-”
“Liat mata gue, Ra! Lo lagi ngomong sama siapa? Sama bakteri di lantai?” Belum sempat gadis itu mengakhiri kalimatnya, Jeffreyan lebih dulu memotongnya.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Ratu. Gadis itu membisu.
“LIAT SINI! LO KENAPA SIH?!”
“Gue harus beresin barang-barang gue yang ada di mobil lo!”
“YA KENAPA DIBERESIN? BIASANYA JUGA GAPAPA KAN?!”
“GAK ENAK SAMA CALON ISTRI LO!”
Hening, kala netra mereka saling bertemu satu sama lain. Jeffreyan berusaha keras mengatur deru nafasnya dihadapan Ratu.
“Udahlah gak jadi!” seru Ratu, kemudian memutar tubuhnya. Berniat untuk meninggalkan Jeffreyan begitu saja.
Namun, laki-laki itu lebih dahulu menarik tubuhnya. Jeffrey membawa Ratu masuk kedalam dekapannya.
“Gue suka sama lo, Ra. Cuman sama lo. Gue gak pernah bercanda waktu bilang kalau gue gak bakal ninggalin lo. Soal perjodohan yang semalem ... lupain aja.” tutur Jeffrey.
“Jeff ... gue-”
“Maaf baru bilang kaya gini setelah bikin lo meledak.”
Jeffreyan melepaskan pelukannya. “Jangan nangis karna gue lagi.”
Tangan yang sebelumnya mengusap lembut pipi Ratu, kini beralih menyentuh rahangnya.
Hangat.
Jeffrey mulai menghimpit jarak di antara mereka. Membuat gadis itu memejamkan matanya perlahan. Kemudian tersenyum. Dikecupnya kening Ratu, cukup lama dan diakhiri dengan sebuah pelukan.
“Papa bilang yang boleh cium bibir perempuan, cuman suaminya,” bisik Jeffreyan, dalam pelukannya.