Happy Birthday

Pukul setengah sembilan malam. Ratu duduk di sebuah sofa sembari memainkan ponsel, dalam minimnya pencahayaan unit apartemennya kala itu. Bukan karena adanya pemadaman listrik mendadak, melainkan karena ia terlalu malas berdiri untuk sekedar menekan saklar lampu.

Tadi, setelah mengantar Ratu, Jeffreyan pergi begitu saja tanpa sepatah katapun. Laki-laki itu bahkan tidak turun dari mobil, untuk mengantar Ratu hingga ke depan pintu unit apartemennya seperti biasa.

Ratu menghela nafasnya, kesal.

“Seenggaknya lo chat gue atau apa kek?”

“Masa lupa?”

Gadis itu meraih sebuah bingkai foto mini yang sengaja ia pajang diatas sebuah nakas yang terletak disisi sofa.

“Happy birthday Ratu, happy birthday Ratu, happy birthday, happy birthday, happy birthday Ratuu!”

“Nyanyi blo'on!”

“Disuruh ngucapin langsung, malah gak ngucapin sama sekali!” hardik Ratu pada sebuah foto yang ada digenggamannya.

Ratu mengacak rambutnya dengan kasar. Tiba-tiba saja terdengar suara password yang dimasukkan dari balik pintu unit apartemennya.

“Gelap banget, udah kaya rumah hantu!” seru seseorang, membuat Ratu beranjak dari tempat duduknya seketika.

“JEFFREY?!”

“Bawain dong, kue ulang tahun lo nih!”

“Demi apa?”

“Demikian,” jawab Jeffrey seadanya, kemudian berniat menyalakan lampu.

“Jangan dinyalain ... .” pinta Ratu, yang langsung dibalas tatapan bingung Jeffreyan.

“Kenapa?”

“Ada lilinnya kan? Gue mau tiup lilin sambil gelap-gelapan.”

Jeffrey menyerah. Lantas ia mengambil posisi duduk paling nyaman diatas sofa. Tangan Jeffreyan menata beberapa lilin diatas kue tersebut dengan perlahan—khawatir kalau-kalau gerakan tangannya dapat merusak keindahan kue itu.

“TUNGGU!”

“Apaan sih?!”

“INIII ... korek siapa? Lo ngerokok??” tuduh Ratu, sembari ngangkat benda itu tinggi-tinggi.

Tiba-tiba saja wajah Jeffreyan mendekat, menepis jarak diantara mereka. Ditatapnya wajah Ratu dalam kegelapan, “HAHHH!”

Ratu geming.

“Bau rokok gak?” tanya Jeffrey setelah kembali mendudukkan bokongnya.

Gadis itu menggeleng, membuat Jeffreyan terkekeh seketika.

“Emangnya di dunia ini, cuman perokok yang boleh punya korek? Iya??– Sini koreknya. Mau tiup lilin gak?”

“Ini punya lo? Kok gue gak pernah tau kalau lo suka nyimpen korek?”

Jeffrey mengusap wajahnya frustasi. Laki-laki itu nampak seperti tengah menarik nafasnya dalam-dalam.

“Beli. Ini baru beli! ASTAGA RATU ARGHHH!”

Detik selanjutnya suara gelak tawa Ratu terdengar puas, pasalnya ia berhasil membuat laki-laki dihadapannya itu naik pitam.

“Udah puas? Sekarang siniin koreknya!”

Setelah perdebatan panjang yang terjadi, akhirnya Jeffreyan dapat menyalakan lilin ulang tahun untuk Ratu.

Kini wajah keduanya nampak lebih jelas, karena tersorot cahaya lilin. Netra mereka saling bertemu satu sama lain. Hening, tak ada sepatah katapun yang terucap.

“Ekhm ... happy birthday Ra. Semoga panjang umur,” ucap Jeffrey singkat.

“Udah gitu doang?”

“Sisanya udah didalem hati. Sekarang giliran lo make a wish, terus tiup lilinnya.” Ratu menampilkan senyum masam seketika.

“Buruan kali ... keburu kebakaran nih kuenya.”

Lantas Ratu menutup mata rapat-rapat, kemudian membuat harapan sebelum akhirnya meniup lilin dihadapannya.

Jeffreyan tersenyum. Tangannya terulur, mengusap pucuk kepala Ratu dengan lembut. “Kadonya nyusul ya? Belum sempet beli,” bisik Jeffrey, dan dihadiahi anggukan kecil oleh gadis itu.

“Jeff ... .”

“Apa?”

“Lo langsung pulang abis ini?” Jeffrey menggeleng.

“Nginep sini, capek nyetir.”