Sweet or Annonying?

Kurang dari 2 jam perjalanan mereka di jalur udara, namun entah kenapa tenggorokan Ratu seakan terlalu cepat mengering kali ini. Sebelumnya ia sudah menghabiskan 1 botol air mineral sendirian, dan saat ini netranya masih saja mengincar sesuatu yang tengah Jeffrey genggam ditangannya—sebotol air mineral lainnya.

Jeffrey yang semula sibuk melihat sekitar, sebab mereka menunggu seseorang yang Papa sebut-sebut sebagai tour guide mereka selama di Bali, akhirnya menoleh kearah Ratu tanpa diminta.

Laki-laki itu tertawa seketika. Melihat bagaimana suntuknya wajah Ratu pagi itu, dan jangan lupakan bibirnya yang terlihat lebih kering dari biasanya. Jeffrey akhirnya merangkul kepala Ratu kedalam pelukannya. Gemas. Dikecupnya pucuk kepala istrinya itu sebanyak 3 kali. Kemudian begitu ia melepaskan rangkulannya, Jeffrey langsung mengangkat botol air mineral di tangannya.

“Mau minum?”

Ratu mengangguk-angguk. Sudut bibirnya tertarik seketika. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia selalu tidak habis pikir mengenai, bagaimana bisa laki-laki itu memiliki tingkat kepekaan yang luar biasa untuk hal-hal sesepele seperti ini, namun cenderung tidak peka terhadap hal-hal lain yang sering kali lebih penting menurut Ratu.

Jeffrey membuka tutup botol plastik yang sebenarnya dapat Ratu buka dengan sendirinya itu.

“Aku juga punya tangan, kalau kamu lupa.”

“Selagi ada gue, kenapa harus sendiri?” jawabnya.

Ratu terkekeh tak percaya mendengar jawaban Jeffrey. Selanjutnya, ia meraih botol tersebut dari tangan Jeffrey. “Iya Mas bucin,” kata Ratu singkat, lalu meneguk minumannya.

Baru saja usai dengan kegiatannya, tiba-tiba saja punggung tangan Jeffrey menyapu lembut area dagunya. Spontan Ratu memalingkan wajahnya.

“Pelan-pelan dong kalau minum, Mah. Jadi tumpah kemana-mana kan? Gimana sih Mama.”

“Anj— geli banget!”