Jeffrey Oh Jeffrey

Sudah hampir 2 jam laki-laki itu duduk diatas ranjang Ratu.

Tadi, pagi-pagi sekali Jeffreyan memasuki unit apartemen Ratu. Berniat mengajak gadis itu pergi mencari beberapa pakaian untuk dikenakan pada acara pernikahan kakaknya. Namun sialnya, Ratu masih tertidur pulas hingga saat ini.

Sorot mata Jeffrey tak sekalipun lepas dari Ratu. Ia terus saja tersenyum kala gadis itu merasa gelisah dalam tidurnya.

“Mama pernah bilang, katanya cara bedain cewek itu cantik atau enggak, diliat dari tidurnya. Kalau dia tidur dan tetep keliatan cantik, udah pasti pas bangun pun cantik banget-”

“Gue kira selama ini lo suka pura-pura tidur. Tapi setelah liat lo hari ini ... gue sadar kalau lo itu spec dewi, Ra.”

Tangan Jeffrey terulur. Jemarinya menyingkirkan beberapa anak rambut pada wajah Ratu.

“Tahan Jeffrey. Inget kata Papa, gak boleh sentuh-sentuh cewek yang lagi gak sadar ... apalagi dicium,” ucap Jeffrey pada dirinya sendiri dengan lirih.

Lantas laki-laki itu menggeleng. Mencoba mengumpulkan kembali akal sehatnya yang sempat hilang.

“RATU AZALEA, WAKTUMU SUDAH HABIS!”

Teriakan Jeffrey dengan suara bariton yang dibuat-buat itu, menggema didalam kamar Ratu. Membuat si empunya membuka mata seketika.

“JEFFREY BRENGSEK GUE KIRA LAGI DI AKHIRAT! BABI! KAGET JEFF! Males banget ah, biadab lo!” seru Ratu begitu melihat Jeffreyan yang tengah terduduk di samping tubuhnya.

“Bangun makanya.”

“Tau ah, ngeselin tau gak?! Gue kaget beneran!”

Detik kemudian gadis itu memunggunginya, dan menahan sebuah isak tangis.

“Eh kok nangis sih?” tanya Jeffrey.

Jeffrey beringsut ke tengah ranjang, dan membalikan tubuh Ratu yang tengah menangis. Sorot mata laki-laki itu, kini berubah. Jeffreyan panik.

Dengan sigap, ia membantu Ratu untuk duduk.

“Maaf, maaf, maafin ya? Janji gak gue ulangin lagi Ra. Kaget banget?” ucap Jeffrey. Kedua tangannya menggenggam pundak Ratu.

Ratu geming.

Gelisah karena tak kunjungan mendapat jawaban dari bibir Ratu. Sontak Jeffrey membawa Ratu dalam pelukannya. Khawatir kalau-kalau gadis itu akan marah berkepanjangan kepada dirinya.

“Maafin ya? Ssttt sstt, janji gak ngagetin lagi kok. Tadi gue nungguin lo tidur, hampir 2 jam tau.”

“Mau ngapain?” jawab Ratu yang masih berada dalam pelukan Jeffrey.

“Cari baju, buat ke nikahan Mba Kila.”

Ratu mengusap air matanya seketika, kemudian melepaskan pelukan dari laki-laki di hadapannya itu.

“Mau nikah beneran?!”

“Masa boongan?”

“Bukan. Maksud gue, tiba-tiba banget? Baru semalem lo kasih tau ke gue.”

Jeffrey menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

“Karna lagi pandemi, jadi tanpa resepsi Ra,” tutur Jeffrey.

“Kasian, padahal Kak Kila satu-satunya anak perempuan di keluarga lo. Apalagi dia anak pertama.”

“Resepsi bisa nyusul kapan aja.”

“Iya sih ... .”

“Udah sana mandi.”

“Yaudah, keluar lo dari kamar gue!”

“Gak perlu lo suruh!”