Kode Keras
Suara deritan pintu mengalihkan fokus Jeffreyan. Ia tersenyum ketika melihat Ratu muncul dari balik pintu ruangannya.
“Lepas kacamata, gulung kemeja, abis itu cuci tangannya Jeffreyan!” kata Ratu.
Jeffrey pun menuruti perintah Ratu. Laki-laki itu melepaskan kacamata, dan menggulung lengan kemejanya.
“Yes mommy,” sahut Jeffrey dengan nada meledek.
Ia melangkah menuju sebuah wastafel yang berada didalam ruangan itu. Membasuh tangannya dengan malas.
“Jempolnya Jeffreyan! Jempolnya belum basah!”
Jeffrey berdecak sebal, namun tersenyum seketika.
“Udah kaya Mama,” ucap Jeffrey dengan lirih.
Ratu membuka bungkusan makanan milik Jeffreyan, dan meletakkannya diatas sebuah piring yang sengaja ia bawa sebelumnya.
Seperti biasa, laki-laki itu lebih memilih makan menggunakan tangan dibandingkan sebuah sendok. Jeffreyan duduk bersila, kemudian berdoa, dan langsung menyantap makanannya.
“Mana yang lebih enak, ayam bakar atau dendeng balado?” tanya Ratu. penasaran.
Alih-alih menjawab, Jeffreyan justru menyodorkan tangannya ke depan mulut Ratu.
Sementara Ratu hanya menatap Jeffrey dengan canggung. Hening, Jeffrey masih setia mengangkat tangannya. Menunggu Ratu untuk membuka mulutnya.
“Pegel, Ra.”
Dengan ragu gadis itu pun membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Jeffreyan.
“Pinter! Enak mana?”
“Enakan ayam bakar!” seru Ratu.
“Ah payah! Cobain lagi, tadi dendengnya kurang banyak.”
Jeffreyan kembali menyodorkan tangannya. Kali ini Ratu membuka mulutnya tanpa rasa ragu. Membuat Jeffrey senang bukan main didalam hatinya.
“Tetep enakan ayam bakar,” protes Ratu, dan dibalas kekehan oleh Jeffreyan.
“Ra?”
“Apa?”
“Lo kan punya unit apartemen nih, nanti kalau lo nikah ... gimana?” tanya Jeffreyan, kemudian melahap makanannya.
Salah satu sudut alis Ratu terangkat, “Random banget pertanyaan?”
Jeffrey menggidikkan bahunya, “Jawab aja!”
“Emm ... sebenernya gue bakal lebih seneng kalau tinggal disitu, karna udah nyaman. Tapi ya tergantung-”
“Tergantung apa?”
“Semisal Nana maunya kita tinggal di Korea, yaudah. Gue bakal ikutin keputusan dia.”
Helaan nafas panjang Jeffreyan terdengar jelas. “Kenapa nikah sama Nana yang cuman bisa porotin lo, sementara ada gue yang bisa lo porotin?”
“Ide bagus. Lo mau nikahin gue?”
Jeffrey geming.
“Jangan sering-sering bercanda kaya barusan, Jeff,” tukas Ratu.