Malam Lembur

Pukul 2 dini hari, Jeffrey baru saja menyelesaikan semua pekerjaan kantornya. Sebenarnya, tidak masalah kalaupun Jeffrey mengurus pekerjaan-pekerjaan itu dalam beberapa hari kedepan. Namun yang menjadi pertimbangan adalah, rencana liburannya dengan Ratu.

Rasanya sangat konyol jika harus membawa berkas-berkas penting selama perjalanan liburan. Oleh karena itu, Jeffrey sengaja menuntaskan semuanya dalam satu malam. Yah ... walaupun pada akhirnya harus merepotkan sang istri. Beruntung malam ini, Ratu sangat pengertian dan bertingkah seperti induk kucing yang sudah jinak.

Ratu memperhatikan bagaimana suaminya itu melamun hanya untuk mengumpulkan rasa kantuk.

Gemas. Melihat bagaimana mata Jeffrey menjadi sayu, serta bibir yang tanpa sengaja berpose mencebik. Ratu tersenyum.

“Mas?” tegur Ratu, membuyarkan lamunan Jeffrey.

Laki-laki itu menoleh, “Hmm?”

“Makasih.”

“Buat?

“Kamu sampai kaya gini, karna kita mau ke Bali ya?” Jelas sekali, tebakan Ratu tepat sasaran, membuat Jeffrey tersenyum kikuk.

Selanjutnya Ratu ikut merebahkan tubuh di samping Jeffrey. Sementara itu, Jeffrey langsung menggeser tubuhnya, enggan meninggalkan sedikit pun jarak diantara mereka.

“Sempit anjir, tempat lo masih lega banget tuh!” pekik Ratu dengan spontan.

Alih-alih merasa bersalah, Jeffrey justru terkekeh, kemudian memeluk Ratu dengan posesif di atas ranjang. Ratu dapat merasakan bagaimana hangatnya hembusan nafas Jeffrey, karna laki-laki itu tengah menenggelamkan wajah di ceruk lehernya.

“Gue kalau gak nikah sama lo, kalau liat lo nikah sama orang lain—bisa gila kayanya, Ra.”

“Hush!”

“Serius. Gue gak ngerti caranya suka sama perempuan lain, selain lo.” Jeffrey mengangkat wajahnya, kemudian mengecup dagu milik Ratu, dalam sekejap.

Ratu geming.

“Sebenernya lo bisa aja, dapetin yang seribu kali lebih baik dari gue. Tapi gak bakal gue biarin,” tutur Jeffrey, dan dibalas kekehan singkat oleh Ratu.

“Tidur, besok kerja.” Usai mengatakan hal tersebut, Ratu mengusap-usap lembut, mulai dari rambut hingga ke pipi Jeffrey, kemudian laki-laki itu terlelap hanya dalam hitungan detik.

“Lo ini ... umur berapa sih?” lirih Ratu disela-sela senyumnya.