Nama Gue Gia, Nama Lo Siapa?
Sudah pukul empat sore, tapi matahari masih dengan sangat percaya diri menampakkan cahayanya. Silau. Sudah sejak pagi-pagi sekali, baik Gia maupun Laura tak kunjung menentukan UKM atau organisasi sasi mana yang harus mereka singgahi.
Mungkin karena sangking banyaknya pilihan, alhasil mereka berdua kewalahan untuk menilai mana yang bagus, dan menyenangkan bagi mereka berdua untuk jangka panjang.
Sementara keduanya tengah duduk dengan manis pada sebuah bangku panjang yang tersedia di sana, ada tiga orang laki-laki yang terus mondar-mandir sembari menawarkan selembaran kertas tanpa ekspresi sedikitpun. Seolah sudah lelah karena seharian terus membagikan selembaran tersebut kepada para mahasiswa baru yang juga berkeliaran di sana.
“Lo liat gak yang putih itu, Gi?” kata Laura yang tiba-tiba saja membuka suaranya.
“Liat. Lo pasti mau bilang dia ganteng.”
“Iya. Gantengnya tuh bukan ganteng yang gimana gitu, tapi ganteng im—.”
Kalimat Laura menggantung begitu saja di udara dan tersapu oleh angin tatkala ia melihat Gia berjalan menuju laki-laki yang ia maksud beberapa saat lalu dengan gaya petantang-petenteng bak seorang gadis penuh percaya diri.
“Hai, Kak! Itu brosur UKM apa ya?” Gia tiba-tiba bersuara di balik punggung laki-laki itu.
Dan laki-laki itu memutar tubuhnya seketika. “Yang gua pegang?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Iya.”
“Ini brosur band, tapi belum jadi UKM.”
Sontak Gia menarik sudut bibirnya. “Minta dua, Kak. Gue sama temen gue minat buat join,” kata Gia seketika membuat kening laki-laki itu berkerut.
“Lo ... yakin?”
“Yakin. Seratus persen!”
Gia sempat menangkap senyum laki-laki itu meski hanya sekejap. Imut, batinnya.
“Kenalin, Kak. Nama gue Gia, Gia Maureen.” Kemudian tangannya terulur, menjabat tangan laki-laki itu begitu saja.
“Nama lo siapa, Kak?” sambung Gia dengan nada penuh semangat.
“Elio Nathanael, tapi biasanya dipanggil Ethan.”