Perihal Kartu, Uang, dan Wibawa

Mobil Jeffreyan melaju membelah padatnya punggung jalan kota Jakarta pagi itu.

“Yakin gak mau lo pegang aja?”

“Apanya?”

Ratu mengangkat tangan kanannya, menampilkan sebuah dompet yang tengah ia genggam.

“Gak mau Ra. Tolong selalu sediain cash aja,” ucap Jeffrey yang tengah fokus mengemudi.

“Mana yang isinya paling banyak?”

“BRI itu isinya uang jajan dari Mama, sama tabungan kecil. Gue biasa nabung dari SMP, lo tau kan?”

“Iya.”

Mobil Jeffrey berhenti. Sama seperti pengguna jalan lainnya, ia pun tengah menunggu lampu merah berganti.

“Kalo yang BCA?” sambung Ratu.

“Gold itu tabungan masa depan.”

“Bedanya sama tabungan kecil BRI, apa?”

“Waktu pemakaiannya. Tabungan masa depan, tujuannya buat biaya nikah, sama ngebesarin Jeffrey junior.”

Jeffrey terkekeh sembari melajukan kembali mobilnya.

“Ngeri-ngeri sedap ya Bapak? Mantap!”

“Papa sering bilang, kalo semua itu harus direncanakan secara matang sejak dini.” Lantas keduanya kini tertawa.

“Terus kalo BCA platinum?” tanya Ratu semangat. Ini adalah bagian yang ditunggu-tunggu. Pasalnya Jeffrey selalu meminta ia melakukan penarikan uang menggunakan kartu tersebut.

“Yang item?”

“Platinum Jeff!”

“Itu punya lo,” jawab Jeffrey santai.  Laki-laki itu tersenyum hingga lubang pada pipinya nampak semakin jelas.

“Gue nanya serius tau ... .”

“Isinya gaji gue. Buat lo. Itu punya lo, Ra. Bener-bener cuman gue pake kalo lagi sama lo.”

“Yaudah-”

Kalimat Ratu menggantung di udara. Gadis itu memindahkan beberapa kartu dari dalam dompet Jeffreyan kedalam dompetnya.

“Kalo gitu, ini dompet lo. SIM, STNK, sama BCA platinum ada di dalemnya.”

“Tapikan Ra ... .” timpal Jeffrey.

“Sebenernya tanpa jaminan pun, gue gak bakal kemana-mana kali Jeff. Gue gak masalah sih kalo lo titipin ginian. Tapi menurut gue, jangan sampai lo gak pegang uang sama sekali kaya hari ini. Tau gak kenapa?”

“Kenapa?”

“Ada 5 tanda laki-laki berwibawa menurut gue. Satu, gaya pakaian. Dua, cara ngomong. Tiga, cara berpikir. Empat, cara bersikap. Nahhh ... yang terakhir nih, ada uangnya.”

“HAHAHAHA GILA!”

“Kok ketawaaa?! Bener kan? Gak salah dong gue? Semakin banyak uangnya, semakin berwibawa dia,” tutur Ratu.

Laki-laki yang tengah mengemudi disebelahnya itu menganggukan kepala. Seolah setuju dengan pernyataan yang baru saja Ratu lontarkan.

“Bener. Gue kalo liat Papa langsung, bawaannya takut.”

“Karena itu bokap lo anjir!”

“Bukan. Karena uang dia lebih banyak!”

“HAHAHAHA GAK SANGGUP!”