Sabtu Pagi di Kantin Sekolah

“Lu udah izin ke Bu Sofi Yan?” Tegur Kadavi.

“Udah tadi.”

Ketiganya kini tengah duduk di kantin sekolah, Rasya duduk disebelah Kadavi, sementara Bastian duduk tepat didepan Rasya.

Tak ada yang memulai pembicaraan selama beberapa menit, hingga akhirnya Kadavi membuka suara.

“Udah atuh anying kenapa jadi diem-dieman begini?”

“Gue males ngomong.” Ujar Rasya.

Bastian bingung, laki-laki itu terus saja menimang-nimang apa yang harus ia katakan.

“Maaf Ca, gue gak maksud nuduh A' Wil, sumpah. Cuman kan bukti yang gue temuin mendukung banget.”

Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Bastian, emosi Rasya kembali tersulut dengan mudahnya.

“Mendukung kata lo? Apanya yang mendukung?! Lo nemu foto itu di hapenya Bu Sofi Yang, Kakak gue cuman kebetulan satu frame sama Jevan.”

Kadavi panik, beruntung kantin dihari sabtu sangat sepi, bahkan tidak ada orang selain mereka bertiga. Sementara Bastian terlihat bingung mendengar ucapan gadis didepannya itu.

“Hah? Hape Bu Sofi? Itu kamera anying Ca!”

“LAH KAMERA?” Sambung Kadavi.

“Lah kan emang kamera, terus gue foto pake hape gue.”

“Hahh? Gue kira itu Bu Sofi yang ngepap kamera orang. Lo paham gak maksudnya?”

Kadavi mengangguk, apa yang ada dipikiran Rasya sama seperti yang tengah ia pikirkan.

“Lu dapet kameranya darimana Yan?”

“Kegiatan bimbelnya harus didokumentasiin, da aing mah teu boga kamera Dap. Yaudah atuh akhirnya dipinjemin sama Bu Sofi.”

Ada yang aneh, Kadavi merogoh ponsel dari dalam sakunya. Jemarinya dengan cekatan membuka galeri pada ponsel itu.

“Liat deh ini, disini Jevan lagi ngobrol sama Kakaknya Rasya kan? Dia gak sadar kalo lagi di foto. Ini foto diambil diem-diem sama Bu Sofi.”

Bibir Rasya membulat, ia terkejut setelah mendengarkan perkataan Kadavi. Apa yang dikatakan laki-laki itu sangat masuk akal.

“Keheula, kalo pun ini kamera buat dokumentasiin pembelajaran buat olimpiade, gak mungkin bakal ada A' Wil disini!” Ucap Bastian heboh, sembari menunjuk-nunjuk layar ponsel Kadavi.

“Nah itu lo tau!!”

“Ampun atuh Ca, namanya orang khilaf mah gak sadar.”

“Yaudah gini aja, mulai sekarang kita fokus ke Bu Sofi. Aneh  banget ini soalnya.”

“Emang nih, Bu Sofi dari awal aneh. Pak Yana juga aneh asal lo tau.”

Rasya memutar bola matanya malas, “Mulai deh, mulai, gibahin rumah tangganya orang mulu!”

“Emang aneh anying, sia gak tau aj-

Belum sempat Bastian menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja ponselnya berdering, menampilkan nama Bu Sofi pada layarnya.

eh gue bimbel dulu ya! Dap anterin Caca balik sekalian!”