She's Pregnant

Jeffrey memandang sayu ke arah Ratu yang tengah diperiksa oleh seorang dokter ob-gyn sejak beberapa saat lalu. Tak henti-hentinya Jeffrey merapalkan sebuah doa dalam hatinya. Sangat berbanding terbalik dengan Ratu yang terlihat tengah cengangas-cengenges di sampingnya.

Entah apa hasilnya, Jeffrey harap itu bukanlah sesuatu yang buruk seperti pendarahan atau semacamnya.

Jeffrey membuka pintu ruang dokter ob-gyn menggunakan tangan kirinya—sementara tangan kanannya tengah sibuk memeluk pinggang Ratu kuat-kuat. Seakan-akan, wanita itu mungkin akan berlarian kesana kemari jika ia melepaskan tangannya

Seketika netra Jeffrey dan Ratu langsung disambut oleh seorang wanita paruh baya, dengan jas dokter yang cocok dipadukan dengan pakaiannya. Cantik, batin Ratu.

“Selamat pagi, Bu! Silahkan duduk. Ada keluhan apa?” kata sang Dokter Ob-gyn, sembari tersenyum.

Kemudian tanpa berpikir panjang, Jeffrey menarik sebuah kursi di hadapan sang dokter, dan memberi isyarat pada Ratu, agar ia segera duduk disana.

“Istri saya aneh, Dok,” cetus Jeffrey, begitu ia baru saja mendudukkan bokongnya.

Ratu yang di sebelahnya pun melotot. Ingin rasanya Ratu menenggelamkan dirinya di Samudra Pasifik saat itu juga. Sementara sang dokter hanya tersenyum, tak habis pikir melihat pasangan ajaib di hadapannya itu.

Jeffrey yang menyadari kebodohannya, lantas meringis, “Maksudnya, istri saya nunjukin gejala kehamilan—tapi dia menstruasi. Tolong diperiksa, Dok. Kira-kira istri saya kenapa ya?” tutur Jeffrey tersendat-sendat.

“Sebelumnya saya mau tanya ke Ibu, ya?” kata Dokter itu sembari menatap serius manik mata Ratu.

Sementara Ratu hanya manggut-manggut.

“Kapan terakhir kali Ibu menstruasi?”

“Kemarin, Dok.”

Lagi-lagi sang Dokter tersenyum. “Kalau bulan lalu? Kira-kira tanggal berapa?”

Hening. Ratu geming seketika. Dalam hati ia merutuki diri sendiri karena melupakan fase menstruasinya sendiri.

“Delapan belas Januari, Dok. Itu terakhir kali istri saya menstruasi di bulan lalu,” sahut Jeffrey semangat.

Tentu saja ia mengingat hari dimana malam pertama mereka berlangsung, dan sehari sebelumnya sudah dipastikan bahwa itu merupakan hari terakhir Ratu mengalami tamu bulanan.

Selanjutnya Jeffrey menoleh ke arah Ratu dan sengaja memamerkan senyum bangga.

“Baik. Apa ada gejala nyeri perut?”

Ratu melirik Jeffrey, “Ada, Dok. Tapi jarang.”

“Katanya gak nyeri, Ra?!”

Spontan Ratu menekan paha Jeffrey menggunakan tangannya, agar laki-laki itu bisa diam sesaat dan mendengar penjelasannya kepada dokter.

“Kira-kira berapa hari, atau berapa minggu sekali, Bu?” kata Dokter.

“Terakhir kali, bulan lalu.”

“Oke, baik. Ada mual?”

Ratu menggeleng cepat.

Detik kemudian, dokter di hadapan mereka itu menyodorkan sebuah benda kecil yang Jeffrey dan Ratu ketahui bernama testpack.

“Saya pikir Ibu belum melakukan test kehamilan apapun ya? Benar?”

Ratu tersenyum malu-malu.

“Silahkan, ini testpacknya.”

Tanpa pikir panjang—lantas Ratu berjalan menuju bilik toilet kecil yang ada di dalam ruang pemeriksaan tersebut.

Ratu mati-matian menahan detak jantungnya yang berdegup kencang. Kedua tangannya pun, gemetar. Ratu takut kalau-kalau nantinya hasil yang ditunjukkan oleh alat kecil di tangannya itu, tidak sesuai dengan keinginan Jeffrey. Namun di sisi lain, Ratu juga merasa takut jika hasil testpack itu menyatakan kehamilannya, karena sejujurnya ia belum terlalu siap.

Semenit, lima menit, Jeffrey dan sang dokter masih menunggu Ratu keluar dari dalam toilet.

Tatkala pintu toilet tersebut terbuka, sontak Jeffrey beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri Ratu dengan tergesa serta deru nafasnya memburu.

“Gimana, Ra?” tanya Jeffrey.

“Positif.”

Kemudian tanpa memberi aba-aba, Jeffrey memeluk Ratu dengan begitu semangat. Senyuman laki-laki itu, tampak sangat bahagia.

“Lepas dulu, Jeff. Itu Bu Dokternya nungguin,” bisik Ratu mengingatkan.

Jeffrey terpaksa melepas pelukannya, lalu ia berjalan ke tempat duduknya sembari tersenyum sumringah, dan diikuti oleh Ratu.

“Begini, mungkin yang sebelumnya Ibu dan Bapak maksud dengan mens adalah flek implantasi. Nah, apa itu? Flek implantasi adalah kemunculan bercak darah yang jumlahnya sedikit, di luar jadwal mens. Biasa hanya sehari, atau dua hari aja dan warnanya bisa coklat—bahkan pink,”

“Bisa disebabkan karna rahim sudah ada pembuluh darah baru, sudah menebal, dan janinnya nempel disana—maka ada beberapa darah yang keluar,” ungkap Dokter tersebut.

Jeffrey sangat fokus mendengar penjelasan dari sang dokter, hingga akhirnya ia menyadari satu hal. “Tunggu, Dok.”

“Iya, Pak? Ada apa?”

“Jadi, kira-kira saya junior, usianya udah berapa minggu?” tanya Jeffrey penasaran.

“Baik, akan saya hitung berdasarkan HPHT atau hari pertama haid terakhir. Ibu ingat tanggal berapa?”

“Tanggal enam belas, Dok,” jawab Ratu.

Lantas keduanya menatap sang dokter, harap-harap cemas.

“Usia kandungan istri Bapak, adalah lima minggu.”