#Villa Keluarga Draco

Aradean memasuki pekarangan villa dengan tergesa-gesa. Batinnya harap-harap cemas, sebab aroma tubuh Marvian tidak berada disana.

Lantas laki-laki itu melompat pada sebuah balkon dilantai dua, yang mengarah ke kolam renang. Rahang Dean seketika mengeras. Tepat seperti dugaannya, Marvian telah kehilangan kontrol atas dirinya.

“Dean, tolong!” Pekik Anne dibawah kukungan Marvian.

Sekujur tubuhnya bergetar ketakutan. Marvian tampak seolah akan melecehkannya, sebenarnya tidak.

Laki-laki itu tengah kehausan sembari menatap ngeri pada ceruk leher Adrianne. Aredean benci ketika saudaranya itu tengah dikuasai oleh sisi liarnya.

Detik kemudian Aradean meninju wajah milik Marvian hingga laki-laki terjatuh kemudian terbentur sebuah nakas yang letaknya tepat disebelah ranjang tempat Anne tengah berbaring.

Ditariknya tubuh Anne kedalam dekapannya. Mencoba menenangkan gadis yang nafasnya kini terengah-engah itu.

“Lo tunggu disini sebentar, biar gue urus dia.” Ujar Dean sebelum mengalihkan pandangannya kearah Marvian.

Anne hanya mengangguk, sebab lidahnya seperti mati rasa.

Dengan sorot mata seolah siap membunuh laki-laki dihadapannya itu, Aradean menarik kuat kerah pakaian Marvian, membawanya keluar dari ruangan tersebut.

“Lo mau mati hah?!” Seru Dean, lagi-lagi melayangkan tinjunya.

“Gue gak sadar. Sumpah tenggorokan gue tiba-tiba kering Kak. Maaf.”

Marvian bersimpuh tepat dibawah Aradean. Ia sadar jika kebodohannya akan menimbulkan malapetaka, mengingat laki-laki yang tengah berdiri dihadapannya ini adalah Aradean Draco.

“Pergi.”

“Dean sorry, gue rasa dia liat taring gue.” Tutur Marvian hati-hati.

Detik kemudian tubuhnya terjerembab berkat tendangan dari kaki panjang milik Aradean.

“BRENGSEK!”