Telat Pulang
Jeffrey masuk ke dalam unit apartemen dan merebahkan dirinya di atas sofa. Tidak ada suara Ratu kali ini, ia yakin bahwa istrinya itu tengah tertidur pulas di dalam kamar, tentu saja batinnya. Ini sudah pukul sepuluh malam, dan bodohnya ia lupa memberi kabar kepada Ratu sebelumnya. Jeffrey menghela nafas. Sebenarnya bukanlah menjadi maksud hatinya untuk tidak mengabari Ratu, namun tiba-tiba saja ada beberapa pekerjaan yang memang harus ia selesai secepatnya. Meskipun ada Yudhis yang berkerja sebagai sekertarisnya, Jeffrey merasa bahwa pekerjaan di kantor juga menjadi tanggung jawabnya.
Ia bertanya-tanya, apakah Ratu sudah makan malam ini? Apa saja yang istrinya itu lakukan seharian ini? Namun ia hanya bisa menelan pikirannya sendiri.
Jeffrey berjalan menuju kamar mereka, kemudian ia tersenyum simpul. Memori ingatannya terlempar ke beberapa tahun yang lalu, ketika ia dan Ratu masih mengklaim bahwa hubungan mereka hanyalah sebatas teman. Dulu, Jeffrey sering sekali masuk ke dalam apartemen Ratu tatkala wanita itu tengah tertidur seperti saat ini. Wajah Ratu yang teduh saat tidur, seolah-olah menarik Jeffrey untuk menciumi seluruh tempat diwajahnya itu.
Kalau dulu, mungkin Jeffrey akan segera membangunkan Ratu agar pikirannya sendiri kembali jernih, namun sekarang ia justru menghampiri Ratu. Benar-benar mendaratkan kecupan-kecupan manis di wajah istrinya itu, lalu tersenyum gemas.
“Maaf pulangnya telat, terus lupa ngabarin. Tadi aku tiba-tiba ada—.”
“Mas... .” Belum sempat Jeffrey menyelesaikan kalimatnya, Ratu lebih dahulu memotong.
Namun Jeffrey biasa-biasa saja. Justru ia semakin tersenyum kala istrinya itu bersusah payah membuka mata. Tidur sangat pulas rupanya.
“Iya, Ra?” sahut Jeffrey lembut. Tangannya terulur mengusap kepala Ratu perlahan-lahan.
“Mau dipeluk.”
“Aku belum mandi, tau.”
Alih-alih sewot menyuruh Jeffrey lekas mandi seperti biasanya, Ratu justru mencengkeram kuat-kuat bagian lengan kemeja Jeffrey, persis seperti anak usia satu tahun yang menggenggam pakaian ibunya.
“Gak peduli deh gue, Jeff, mau peluk! Cepet!” pinta Ratu yang tiba-tiba membuka matanya sempurna.
Kemudian, ia bangkit dari posisi tidur dan memeluk tubuh Jeffrey. Menghirup aroma tubuh suaminya itu dengan serakah. Sementara Jeffrey hanya pasrah. Dipikir-pikir Ratu cukup jarang memperlakukannya seperti ini sebelum hamil, jadi menurut Jeffrey momen dimana tingkah laku manja istrinya itu kumat, adalah sebuah keuntungan baginya.
“Anak kita kayanya suka sama aku deh,” cetus Jeffrey.
Ratu menggeleng seketika.
“Bukan cuman dia, tapi aku juga,” kata Ratu lirih.
Jeffrey terkekeh. Tangannya kemudian melingkar sempurna pada pinggang Ratu. “Kalau itu sih, aku udah tau, ya.”